Integrated Farming BP3L dengan 6 Komoditas, Prioritasnya Lada 


Integrated Farming BP3L dengan 6 Komoditas, Prioritasnya Lada 

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 18 April 2021/Indonesia Media – Badan Pengelolaan, Pengembangan Dan Pemasaran Lada/BP3L Pemprov. Bangka Belitung (Babel) menerapkan sistem pertanian terpadu dengan prioritas penanaman lada yang memang menjadi komoditas unggulan dibanding yang lain. Pertanian terpadu atau integrated farming yang dikembangkan di desa Cambai, kabupaten Bangka Tengah menghasilkan lima komoditas lain, yakni porang, talas beneng, jahe merah, sorgum dan serai wangi. “Offtaker dari masing-masing komoditas, untuk talas dari Pandeglang (Banten). (offtaker) porang di bawah pemprov Babel, tidak langsung kepada Gubernur,” Rafki Hariska dari BP3L Babel mengatakan kepada Redaksi.

Penanaman porang di kebun Desa Cambai diyakini prospektif, tapi belum menjadi komoditas unggulan Babel. Penanaman porang berlangsung mulai tanggal 22 Juli 2020, sumbernya bibit katak. Selama sembilan bulan (Juli 2020 – sekarang), BP3L mengambil satu yang sudah mengalami dorman (masa istirahat, daunnya layu sehingga tampak seolah-olah mati). Ternyata, beratnya porang tersebut mencapai dua kilogram. Hasil panen porang ini di luar perkiraan BP3L karena hanya dari bibit katak dan satu musim tanam. “Satu musim tanam mencapai dua kilo, ini baru pertama kalinya. Kami masih terus meningkatkan. Harapan, kami harus menghasilkan 2,5 – 3 kilogram dari satu musim tanam. Sumber bibit juga dari katak. Yang penting, perawatan saja, treatment lahan awalnya, tanah harus gembur. Kami harus perhatikan untuk menghasilkan umbi (porang) yang besar,” kata Rafki melalui sambungan telepon.

Di tempat berbeda, pelaku usaha talas beneng melihat pemanfaatan daun kering talas beneng untuk tembakau non nikotin sudah berlangsung sejak tahun 1980 an di Blitar Jawa Timur, terutama penjaminan pembelian hasil panen petani oleh pabrik-pabrik rokok. “(pemanfaatan daun talas) pertama kali di Blitar tahun 1980 an, sebelum Pandeglang Banten tahu manfaat talas beneng. Pabrik rokok di Blitar, Malang Jawa Timur sudah tahu pada saat itu,” kata pelaku usaha tersebut di Blitar.

Tapi talas beneng sempat booming di Pandeglang dan kantor dinas pertanian cepat mengordinasi para petani dan pemilik lahan. Selain daunnya dengan rajangan untuk tembakau, umbi dimanfaatkan untuk tepung. Kulitnya yang menjadi waste (limbah) digiling jadi bahan produk. Kondisi existing, ada 50 hektar lahan yang potensial untuk penanaman talas di Blitar. Perhitungan modal awal usahanya, yakni proses pembayaran per tanggal 1 setiap bulan. Artinya, petani mulai tanam talas, rajang dan jemur sampai tembakau di press dengan ukurang 50 cm. Lalu tembakau di packing dengan kardus pada tanggal 13 setiap bulan. Proses pengiriman melalui pelabuhan per tanggal 15, sampai pencairan dana. “Berarti tanggal 16, petani panen. Karena modal kan hanya satu (putaran), periode tanggal 1 – 15. Kalau ada modal untuk panen terusan, berarti (tanam) tgl 2, cair tgl 16, (tanam lagi) tgl 3 cair pada tgl 17, dan seterusnya. Karena modalnya satu periode,” katanya. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *